Kepridot.id – Ribuan warga dari berbagai kalangan menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Badan Pengusahaan (BP) Batam hari ini. Mereka menyampaikan keprihatinan dan penolakan terhadap rencana pengembangan Pulau Rempang dan Galang menjadi kawasan ekonomi baru yang diusulkan oleh pihak berwenang.
Unjuk rasa ini berpusat pada rencana kontroversial untuk melepas 16 titik kampung tua yang tersebar di Pulau Rempang dan Galang. Kampung-kampung ini memiliki nilai sejarah dan warisan budaya yang mendalam, serta merupakan tempat tinggal bagi beberapa generasi. Oleh karena itu, para demonstran dengan tegas menolak rencana tersebut. Banyak dari mereka membawa spanduk dan poster dengan tulisan-tulisan seperti “Lindungi Warisan Kita” dan “Kampung Adalah Identitas Kita.”
Rencana pengembangan Pulau Rempang dan Galang ini melibatkan transformasi kedua pulau menjadi kawasan ekonomi yang bertujuan untuk menarik investasi, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, dan menciptakan lapangan kerja. Namun, manfaat yang diharapkan dari transformasi ini ternyata menjadi redup oleh kekhawatiran akan pemindahan komunitas-komunitas yang telah lama ada dan potensi hilangnya akar budaya.
Dalam wawancara dengan seorang juru bicara dari kelompok demonstran, mereka menekankan, “Kami bukan menentang perkembangan itu sendiri, tetapi kami percaya bahwa kemajuan tidak seharusnya diwujudkan dengan mengorbankan sejarah dan mengusir masyarakat kami. Harus ada jalan untuk mencapai keseimbangan antara modernisasi dan pelestarian warisan.”
Pihak berwenang setempat telah memberikan jaminan kepada warga bahwa kekhawatiran mereka akan dipertimbangkan dengan serius. Juru bicara BP Batam, Iman Santoso, berkomentar, “Kami menghargai perasaan masyarakat dan memahami ikatan mereka dengan kampung-kampung ini. Tujuan kami adalah bekerja sama dengan warga untuk menemukan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.”
Aksi unjuk rasa berjalan dengan damai dan menunjukkan persatuan di antara para pendemo. Saat matahari terbenam, jelas terlihat bahwa isu ini akan terus menjadi fokus diskusi antara pemerintah lokal dan komunitas yang terdampak. Panggilan untuk perkembangan berkelanjutan yang menghormati warisan budaya bukan hanya terdengar di Batam, tetapi juga mencerminkan keprihatinan global dalam melestarikan sejarah di tengah arus kemajuan.