Kepridot.id – Pasar Relokasi Puan Ramah, yang terletak di Jalan Kijang Lama, kilometer 7, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), menghadapi tantangan serius akibat sepinya pembeli. Dari lebih dari 200 pedagang yang mulai berjualan sejak pasar ini dibangun pada September 2022, hanya tersisa 10 pedagang yang bertahan hingga kini. Tanjungpinang, (2 September 2023).
Pasar Puan Ramah awalnya didirikan sebagai tempat sementara bagi pedagang dari Pasar Baru Satu yang sedang mengalami revitalisasi. Namun, situasi sepi pembeli telah membuat para pedagang merasa terdesak untuk meninggalkan pasar tersebut. Salah satu pedagang, Gunawan, mengungkapkan bahwa omzet penjualannya hanya sekitar Rp80 ribu per hari di Pasar Puan Ramah. Padahal, ketika berjualan di Pasar Baru Satu Tanjungpinang, ia bisa menghasilkan lebih dari Rp1 juta per hari.
“Di sini (Pasar Puan Ramah), minimal omzetnya hanya Rp80 ribu. Bahkan seringkali tidak ada pembeli sama sekali. Sementara di Pasar Baru 1, saya bisa mendapatkan keuntungan minimal Rp1 juta per hari. Ini adalah penurunan drastis,” ujar Gunawan, seorang pedagang rempah-rempah masakan di Pasar Puan Ramah.
Selain sepi pembeli, masalah lain yang dihadapi para pedagang adalah jumlah lapak yang terbatas. Sebelum direlokasi, para pedagang rata-rata memiliki lebih dari lima lapak di Pasar Baru 1 Tanjungpinang. Jumlah lapak yang cukup banyak ini sesuai dengan beragam barang dagangan yang mereka jual. Namun, setelah direlokasi ke Pasar Puan Ramah, mereka hanya diberikan satu meja saja, yang tidak mencukupi untuk menampilkan barang dagangan dalam jumlah yang cukup banyak.
Gunawan berharap agar jumlah lapak di Pasar Puan Ramah dapat dikembalikan seperti semula, ketika mereka dipindahkan ke Pasar Baru Satu yang telah direvitalisasi.
Ketua Pasar Saroni, yang mengelola Pasar Puan Ramah, mengakui bahwa pihaknya sering menerima keluhan dari para pedagang, namun hingga saat ini belum ada solusi yang memuaskan. “Banyak pedagang yang mengeluhkan kondisi pasar ini, namun pemerintah, termasuk Walikota, belum memberikan respon yang memadai. Saya sudah berusaha untuk menghubungi mereka, bahkan mencoba untuk membahas masalah ini, tetapi belum ada tindakan konkret hingga saat ini,” ujar Ketua Pasar Saroni.
Menanggapi situasi ini, Sekretaris Daerah Kota Tanjungpinang, Zul Hidayat, menjelaskan bahwa pembangunan relokasi Pasar Puan Ramah hanya bersifat sementara, menunggu selesainya revitalisasi Pasar Baru Pelantar Dua pada Desember 2023. “Relokasi Pasar Puan Ramah ini adalah tindakan sementara sesuai dengan kesepakatan bersama, sambil menunggu proses revitalisasi Pasar Baru Pelantar Dua selesai,” kata Zulhidayat.
Situasi sulit yang dihadapi para pedagang di Pasar Relokasi Puan Ramah menunjukkan pentingnya perhatian dari pihak berwenang dalam mengatasi masalah ini agar mereka dapat bertahan dan berjualan dengan lebih baik di masa depan. Semoga dengan revitalisasi Pasar Baru Pelantar Dua, kondisi pedagang dapat membaik dan pasar dapat kembali menjadi pusat perdagangan yang ramai di Kota Tanjungpinang.