Kepridot.id – Investasi semakin menjadi komoditas yang dicari-cari oleh berbagai negara. Saat berlomba-lomba mendapatkan investasi, beberapa negara tidak ragu untuk mengambil langkah-langkah yang mungkin bisa menghambat pesaingnya. Oleh karena itu, upaya hilirisasi yang sedang digalakkan oleh pemerintah di Pulau Rempang, Batam, Kepri, ternyata tidak membuat semua negara merasa senang.
“Ada negara yang tidak senang dengan kemajuan hilirisasi, terutama di Rempang. Mereka menggunakan berbagai cara untuk menghambat penciptaan nilai tambah di negara kita,” ujar Tenaga Ahli Menteri Investasi Rizal Calvary Marimbo di Batam, Rabu, 13/9/23.
Rizal mengungkapkan bahwa sejak berakhirnya pandemi COVID-19, berbagai negara telah melakukan berbagai cara untuk menarik arus modal asing ke dalam negeri mereka dengan tujuan mendorong pertumbuhan ekonomi. Salah satu cara yang paling umum adalah dengan mendorong investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI).
Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sektor konsumsi saja tidak lagi dapat menjadi tulang punggung utama dalam mendukung Produk Domestik Bruto (PDB).
Banyak negara meningkatkan daya saing mereka melalui berbagai cara, termasuk peningkatan infrastruktur, perizinan yang lebih mudah, energi yang lebih terjangkau, insentif pajak, ketersediaan bahan baku, dan banyak faktor lainnya.
Indonesia, di bawah kepemimpinan Kementerian Investasi, telah berusaha keras untuk menjadi tujuan yang menarik bagi investor asing.
“Dengan Menteri Bahlil yang sangat pandai, para investor berbondong-bondong datang dengan modalnya ke Indonesia. Tidak semua negara senang dengan kemampuan Menteri Bahlil ini, terutama dengan upaya hilirisasi yang sedang digencarkan. Mereka menggunakan berbagai strategi untuk menggagalkan upaya ini, terutama di Pulau Rempang,” tambahnya.
Menurut laporan UNCTAD yang berjudul “World Investment Report 2023,” nilai total investasi asing langsung atau FDI di Asia Tenggara mencapai US$222,56 miliar pada tahun 2022. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 4,58% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Indonesia berhasil meraih peringkat kedua dalam penerimaan investasi asing di Asia Tenggara pada tahun 2022, dengan nilai FDI sebesar US$21,96 miliar.
Posisi Indonesia hanya di bawah Singapura yang memimpin kawasan ini dengan nilai FDI sebesar US$141,21 miliar pada tahun yang sama.
Selanjutnya, ada Vietnam yang menempati peringkat ketiga dengan investasi asing sebesar US$17,9 miliar, diikuti oleh Malaysia dengan penerimaan investasi sebesar US$16,93 miliar.