Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ansar Ahmad mengevaluasi kebijakan bupati/wali kota setempat yang memengaruhi tingkat inflasi daerah masing-masing pada awal 2024.
Ansar menyebut angka inflasi tahunan di Kepri pada Januari 2024 sebesar 3,38 persen, atau naik 0,62 persen jika dibanding periode Desember 2023 yang sebesar 2,76 persen (yoy).
“Hal ini terjadi dikarenakan adanya beberapa faktor penyebab inflasi, seperti kenaikan tarif parkir dan kenaikan harga jual elpiji ukuran 3 kilogram, khususnya di Kota Batam,” kata Gubernur Ansar di Kota Tanjungpinang, Kepri, Jumat.
Selain itu, kata Ansar, inflasi juga terjadi akibat adanya kenaikan biaya berobat dan tarif rumah sakit yang semuanya terjadi di Batam, sebagai daerah yang paling berpengaruh dalam menentukan lajunya inflasi di Kepri.
Oleh karena itu, Ansar berharap Pemkot Batam bisa melihat dan meninjau lagi kebijakan-kebijakan yang diberlakukan agar jangan sampai mengganggu upaya pemulihan ekonomi dalam rangka mengendalikan laju inflasi di Kepri.
Ia akan menyurati beberapa kepala daerah untuk mengevaluasi kembali kebijakan daerahnya terkait inflasi. Tak hanya Batam, tapi juga Tanjungpinang dan Karimun yang bersinggungan dengan kenaikan biaya berobat dan rumah sakit.
“Bukan tidak boleh menaikkan harga, namun kondisi dan situasinya belum tepat, karena masih dalam tahap pemulihan ekonomi,” ujar Ansar.
Sementara, Kepala BPS Kepri Darwis Sitorus memaparkan perkembangan inflasi di Kepri pada Februari 2024 yang mengalami deflasi sebesar 0,22 persen terhadap Januari 2023, kemudian mengalami inflasi tahunan sebesar 2,65 persen terhadap Februari 2023.
“Komoditas dengan andil inflasi terbesar secara year on year yaitu beras dengan andil inflasi 0,41 persen, angkutan udara 0,34 persen, tarif parkir 0,18 persen, daging ayam ras 0,16 persen, dan emas perhiasan 0,13 persen,” ujar Darwis.